PEMBAHASAN
A.
Pengertian Manajemen
Menurut Yayat M. Herujito (2006: 2)
manajemen adalah pengelolaan suatu pekerjaan untuk memperoleh hasil dalam
rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan dengan cara menggerakkan
orang-orang lain untuk bekerja.
Menurut
George R. Terry dalam Yayat M. Herujito (2006: 3) manajemen adalah suatu proses
yang berbeda terdiri dari planning, organizing, actuating, dan controlling
yang dilakukan untuk mencapai tujuan yang ditentukan dengan menggunakan manusia
dan sumber daya lainnya.
B.
Pengertian Organisasi
Menurut Sutarto (2006: 40) organisasi
adalah sistem saling pengaruh antar orang dalam kelompok yang berkerja sama
untuk mencapai tujuan tertentu. Faktor yang menentukan berjalannya organisasi
antara lain:
1.
Adanya
SDM yang memiliki kemampuan untuk bekerja
2.
Adanya
SDM yang memiliki kemampuan untuk mempengaruhi orang lain
3.
Adanya
SDM dengan kemampuan melaksanakan asas-asas organisasi
C.
Pengertian Ilmu Pengetahuan
Menurut Aceng Rahmat dalam Jalaluddin
(2013: 144) ilmu adalah pengetahuan tetapi tidak semua pengetahuan adalah
tergolong ilmu. Pengetahuan dibagai menjadi 2 jenis, yakni pengetahuan
“apriori” dan a-posteriori. Pengetahuan apriori adalah pengetahuan yang tidak
tergantung pada adanya pengalaman, atau yang ada sebelum pengalaman. Adapun
pengetahuan a-posteriori adalah pengetahuan yang terjadi akibat pengalaman.
Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dalam Jalaluddin (2013: 83) pengetahuan
diartikan sebagai segala sesuatu yang diketahui/ kepandaian; ataupun segala
sesuatu yang diketahui berkenaan dengan hal (mata pelajaran) di sekolah. Pengetahuan
diperoleh dari hasrat ingin tahu. Semakin kuat hasrat ingin tahu manusia akan
semakin banyak pengetahuannya. Pengetahuan itu sendiri diperoleh dari
pengalaman manusia terhadap diri dan lingkungan hidupnya (Martini Djamaris
dalam Jalaluddin, 2013: 83). Menurut Jalaluddin (2013: 83) ilmu pengetahuan
adalah kumpulan pengetahuan yang diperoleh manusia dari berbagai sumber.
Pengetahuan-pengetahuan itu diperoleh dengan menggunakan metode tertentu, yakni
metode ilmiah. Hasil dari semuanya itu kemudian disusun secara sistematis.
Selanjutnya dilakukan verifikasi (diuji) kebenarannya secara empiris.
Kebenarannya dapat dibuktikan secara konkret yang didasarkan atas pengalaman
nyata.
D.
Manajemen Pengetahuan
Menurut Jerry Honeycutt (2000: xv)
manajemen pengetahuan adalah suatu disiplin yang memperlakukan modal
intelektual sebagai aset yang dikelola. Secara sederhananya manajemen
pengetahuan merupakan suatu kegiatan dengan menerapkan fungsi-fungsi manajemen
(planning, organizing, actuating, dan controlling) dalam mengolah suatu informasi dan data di
organisasi. Pada dasarnya manajemen pengetahuan menyangkut tentang penyampaian
informasi kepada pekerja pengetahuan, budaya kemitraan, proses bisnis, dan
teknologi, untuk membuat suksesnya bisnis tiap orang-orang yang terlibat.
Sistem manajemen pengetahuan ini dapat berupa memberikan informasi yang tepat
kepada orang yang tepat pada saat yang tepat, menyediakan alat-alat untuk
menganalisis informasi tersebut dan memberikan daya tanggap terhadap ilham yang
mereka peroleh dari informasi tersebut. Setiap lembaga melaksanakan manajemen
pengetahuan dengan cara yang berbeda-beda. Hal itu dikarenakan setiap lembaga
memiliki tantangan dan aset pengetahuan yang berbeda pula, hal itu disesuaikan
dengan kebutuhan di masing-masing lembaga.
Setiap
organisasi/ lembaga selalu memiliki interaksi dengan berbagai pihak baik pihak
dari luar organisasi maupun dari dalam organisasi. Masing-masing anggota
organisasi memiliki dasar informasi serta membawa informasi yang dapat berasal
dari luar seperti media televisi, artikel, surat kabar, bahkan percakapan
informal bisa menjadi suatu informasi yang dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan dan perbandingan untuk langkah preventif dari ancaman luar dan
penguatan dari dalam lembaga. Dengan demikian informasi tersebut bisa disebut
sebagai pengetahuan bagi lembaga itu sendiri. Namun, terdapat pula informasi
yang tidak bisa dijadikan sebagai pengetahuan bagi lembaga. Hal itu dikarenakan
informasi yang masuk atau didapatkan tidak dikelola dengan baik dan tepat. Untuk
itu perlunya pengelolaan pengetahuan didalam suatu organisasi atau lembaga.
Upaya yang dapat dilakukan agar pengetahuan yang masuk tidak sia-sia maka perlu
dilakukan sasaran perancangan seperti berikut (Jerry Honeycutt, 2000: 4-5):
1.
Fokuskan
pada informasi kritis
Pada tahap ini merupakan tahap penyaringan informasi dari sekian
banyaknya sumber dalam rangka mendapatkan titik kuncinya. Sistem manajemen
pengetahuan membantu dalam pemilahan informasi melalui penyaringan kategori
materi. Dalam hal ini fungsi manajemen yang diterapkan adalah organizing.
Hal itu dikarenakan adanya pembagian kategori materi seperti pada pembagian
pekerjaan dalam organisasi yang biasa disebut dengan pengorganisasian.
2.
Mengintegrasikan
informasi dari berbagai sumber
Suatu sistem manajemen pengetahuan mengintegrasikan informasi dari
berbagai sumber. Integrasi merupakan peleburan, maka mengintegrasikan informasi
artinya adalah meleburkan informasi dari berbagai informasi yang didapat.
Dengan demikian dalam manajemen pengetahuan dari peleburan tersebut akan
menghasilkan informasi baru yang diharapkan akan bermanfaat bagi lembaga.
3.
Mengungkit
pengetahuan dari pihak lain
Sistem manajemen pengetahuan memungkinkan para pekerja pengetahuan
untuk mengungkit apa yang diketahui oleh masing-masing. Artinya, dalam suatu
organisasi setiap anggota memiliki pengetahuan yang berbeda, misalkan saja “A”
memiliki pengetahuan tentang teknologi dan “B” memiliki pengetahuan secara
teoritis mengenai manajemen. Dari hal tersebut “A” bisa mempelajari tentang
pengetahuan yang dimiliki oleh “B” dan begitu pula dengan “B” yang dapat
mempelajari pengetahuan yang dimiliki “A”. Sehingga pertukaran pengetahuan
antar anggota organisasi dapat dilakukan dan hasil dari pertukaran tersebut
dapat diterapkan dalam melaksanakan pekerjaan, sehingga pekerjaan dapat
diselesaikan dengan lebih baik.
4.
Mengerjakan
informasi yang sama, baik di kantor maupun diperjalanan
Manajemen pengetahuan memungkinkan pekerja pengetahuan untuk
membuat keputusan bisnis yang efektif dan efisien di manapun ia berada. Artinya
setiap anggota organisasi/lembaga hendaknya tetap mengerjakan atau mengolah
informasi yang ia dapat di manapun ia berada meskipun tidak berada di organisasi
serta tidak berhadapan langsung dengan pihak-pihak yang berkaitan dengan hal
tersebut.
Manajemen pengetahuan
merupakan suatu sistem yang perlu diterapkan oleh lembaga/organisasi sebagai
langkah untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Hal itu dikarenakan
dengan mengelola pengetahuan di dalam organisasi maka sama saja dengan mengoptimalkan
seluruh potensi yang dimiliki oleh setiap individu dalam organisasi. Seperti
yang telah dijelaskan sebelumnya, setiap individu (anggota organisasi) memiliki
dasar pengetahuan masing-masing dengan jenis dan tipe yang berbeda. Mengoptimalkan
sumber pengetahuan menjadi hal yang penting dalam suatu organisasi karena
dengan begitu organisasi akan mendapatkan pengetahuan yang baru yang mungkin
belum pernah diterapkan dalam manajemen di dalam organisasi. Pada dasarnya
tujuan dari manajemen pengetahuan adalah sebagai berikut:
1.
Menghemat
biaya dan waktu
Dengan
mengelola pengetahuan maka akan mendapatkan pengetahuan yang terstruktur dan
sistematis. Berdasarkan hasil tersebut organisasi dapat menggunakan pengetahuan
tersebut untuk kebutuhan pada bidang atau konteks yang lainnya.
2.
Meningkatkan
aset pengetahuan
Sumber
pengetahuan akan memberikan kemudahan kepada setiap individu dalam organisasi
untuk memanfaatkan pengetahuan yang didapat, maka secara otomatis pemanfaatan
pengetahuan dalam organisasi akan meningkat dan organisasi akan memiliki aset
pengetahuan yang pada akhirnya akan bermuara pada peningkatan kreatifitas dan
inovasi dalam individu secara khusus serta organisasi secara umumnya.
3.
Kemampuan
beradaptasi
Dengan
adanya pengelolaan pengetahuan maka pengetahuan akan menjadi lebih sistematis
dan bersifat “up to date” yaitu akan
selalu mendapatkan pengetahuan terbaru sesuai dengan perkembangan yang terjadi.
Sehingga manajemen pengetahuan akan berdampak pada persiapan organisasi untuk
beradpatsi atau menyesuaikan diri terhadap perubahan-perubahan yang terjadi.
4.
Peningkatan
produktifitas
Pengetahuan
yang ada dalam organisasi, dapat digunakan kembali dan dikembangkan dengan
lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya. Sehingga dengan adanya hal tersebut
akan memunculkan peningkatan produktifitas sebagai dampak dari pengembangan
pengetahuan yang ada di dalam organisasi.
(Sumber:
http://tugas-manajemen-operasi-andrewvalendy.blogspot.com/2012/12/penerapan-knowledge-management-tujuan.html)
Dengan melihat dari
tujuan manajemen pengetahuan, maka dapat disimpulkan bahwa manajemen
pengetahuan secara umum berfungsi untuk membantu organisasi dalam mencapai
tujuannya dengan cara meningkatkan potensi
dasar setiap individu melalui pengetahuan. Selain itu pengetahuan juga
digunakan sebagai landasan dalam melaksanakan berbagai macam kegiatan dan
penentuan kebijakan dan dapat digunakan untuk meningkatkan produktifitas. Hal
itu dikarenakan dengan adanya pengetahuan yang dikelola dalam organisasi, dapat
memungkinkan bahwa seluruh individu di dalam organisasi mendapat pengetahuan
tersebut dengan cara pemberian gagasan dan ide dalam pertemuan, pemberian
solusi terhadap masalah, dan sebagainya. Hal itu juga dapat diterapkan dalam
bidang pendidikan. Pendidikan pada dasarnya berfungsi untuk mengembangkan
pengetahuan dan menyebarluaskan pengetahuan tersebut kepada seluruh konsumen
pendidikan. Sehingga seluruh individu baik di dalam lembaga pendidikan maupun
di luar pendidikan juga mendapatkan pengetahuan.
E.
Organisasi Pembelajaran (Learning
Organization)
Organisasi pembelajaran (atau disebut
juga dengan Organisasi Belajar) adalah organisasi yang mau belajar secara kuat
dan kolektif serta secara terus menerus meningkatkan dirinya untuk memperoleh, mengatur,
dan menggunakan pengetahuan demi keberhasilan bersama (Marquat dalam Jurnal
Cakrawala Pendidikan, 2008:242). Organisasi berbasis belajar memfokuskan pada
membuat pekerjaan diselesaikan dengan lebih baik. Dimana belajar dipandang
sebagai cara terbaik untuk meningkatkan kinerja jangka panjang. Organisasi
berbasis belajar mau mengorbankan kinerja hari ini demi kinerja yang lebih baik
di masa mendatang. Organisasi berbasis kinerja, tidak mau berkorban untuk
jangka panjang, tapi melakukan yang etrbaik untuk jangka pendek (Bob Guns dan Kristin
Anandsen).
Pedler, Boydell dan Burgoyne
mendefinisikan bahwa organisasi pembelajaran adalah sebuah organisasi yang
memfasilitasi pembelajaran dari seluruh anggotanya dan secara terus menerus
mentransformasikan diri. Menurut Lundberg menyatakan bahwa pembelajaran adalah suatu
kegiatan bertujuan yang diarahkan pada pemerolehan dan pengembangan
keterampilan dan pengetahuan serta aplikasinya. Menurut Sandra Kerka yang
paling konseptual dari learning organization adalah asumsi bahwa ‘belajar itu
penting’, berkelanjutan, dan lebih efektif ketika dibagikan dan bahwa setiap
pengalaman adalah suatu kesempatan untuk belajar.
Menurut
Peter Senge (dalam Leksana TH, 2004:1), terdapat lima pilar yang membuat suatu
organisasi menjadi organisasi pembelajar yaitu:
1.
Personal Mastery
Belajar untuk memperluas kapasistas personal dalam mencapai hasil
kerja yang paling diinginkan, dan menciptakan lingkungan organisasi yang
menumbuhkan seluruh anggotanya untuk mengembangkan diri mereka menuju
pencapaian sasaran dan makna bekerja sesuai dengan harapan yang mereka pilih.
2.
Mental Models
Proses bercermin, sinambung, memperjelas, dan meningkatkan gambaran
diri kita tentang dunia luar, dan melihat bagaimana mereka membentuk keputusan
dan tindakan kita.
3.
Shared Vision
Membangun rasa komitmen dalam suatu kelompok, dengan mengembangkan
gambaran bersama tentang masa depan yang akan diciptakan, prinsip dan praktek
yang menuntun cara kita mencapai tujuan masa depan tersebut.
4.
Team Learning
Mentransformasikan pembicaan dan keahlian berfikir (thinking skills), sehingga suatu
kelompok dapat secara sah mengembangkan otak dan kemampuan yang lebih besar
dibanding ketika masing-masing anggota kelompok bekerja sendiri.
5.
Systems Thinking
Cara pandang, cara berbahasa untuk menggambarkan dan memahami
kekuatan dan hubungan yang menentukan perilaku dari suatu sistem. Faktor
disiplin kelima ini membantu kita untuk melihat bagaimana mengubah sistem
secara lebih efektif dan untuk mengambil tindakan yang lebih pas sesuai dengan
proses interaksi antara komponen suatu sistem dengan lingkungan alamnya.
Organisasi pembelajar pada dasarnya merupakan suatu
teori yang diterapkan dalam organisasi
dan harus dilaksanakan oleh setiap individu anggota organisasi. Hal yang yang
diterapkan yaitu belajar secara terus menerus guna mengembangkan seluruh
potensi yang dimiliki oleh individu. Apabila di dalam organisasi, setiap
individu akan dihadapkan dengan berbagai rutinitas pekerjaan dalam organisasi,
permasalahan dalam organisasi baik itu berasal dari interaksi sosial dalam organisasi
maupun permasalahan teknis dan manajemen lainnya. Dengan menggunakan terapan learning organization diharapkan suatu
organisasi akan mencapai tujuannya secara efektif efisien. Hal itu dikarenakan,
konsep learning organization
cenderung memfokuskan pada membiasakan diri untuk belajar melalui sumber-sumber
pengetahuan yang didapatkan melalui knowledge
management. Konsep ini tidak
mengedepankan kinerja individu dalam organisasi dengan di bawah pengaturan
organisasi, learning organization
cenderung pada kegiatan pengamanan
organisasi dari ancaman-ancaman di luar
organisasi melalui pengembangan-pengembangan dalam pembelajaran. Dalam
menerapkan konsep ini terdapat sikap-sikap yang menghalangi organisasi dalam
melakukan pembelajaran yang harus dihindari, antara lain:
1.
Anggota
organisasi tidak merasa bertanggungjawab terhadap pencapaian tujuan organisasi
sebagai akibat dari adanya pembatasan posisinya.
2.
Sikap
saling menyalahkan antar anggota organisasi.
3.
Proaktif
terhadap pengumuman.
4.
Terlalu
memfokuskan diri terhadap permsalahan yang sedang terjadi tanpa memperhatikan
faktor-faktor yang menjadi penyebab permsalahan, serta alur dari permasalahan.
5.
Tejadinya
kegagalan yang disebabkan oleh menurun hingga hilangnya kemampuan-kemampuan
anggota organisasi.
6.
Adanya
rasa traumatic terhadap permasalahan
yang pernah dihadapi sebelumnya dan permasalahan serupa terulang kembali.
Sehingga tidak ada usaha untuk menyelesaika masalah itu.
7.
Kemampuan
manajer-manajer dalam organisasi yang dirasa kurang efektif dalam menyelesaikan
permasalahan meskipun latar belakang dari manajer-manajer tersebut sudah
dianggap baik.
KESIMPULAN
Berdasarkan
pemaparan konsep manajemen pengetahuan (knowledge
management) dan organisasi pembelajar (learning
organization), pada dasarnya kedua konsep ini saling berkaitan. Manajemen
pengetahuan merupakan konsep yang suatu disiplin yang memperlakukan modal
intelektual sebagai aset yang dikelola. Artinya pengetahuan di dalam organisasi
merupakan suatu aset atau “harta” yang dimiliki oleh lembaga/organisasi sebagai
pengembangan organisasi dan sebagai alat untuk meningkatkan produktifitas
lembaga. Pada dasarnya konsep manajemen pengetahuan ini adalah dengan cara
pemilahan informasi yang masuk dari berbagai sumber, kemudian diolah dan
dijadikan sebagai suatu pengetahuan apabila informasi tersebut relevan dan
sesuai dengan yang dibutuhkan. Dari hal tersebut, pengetahuan dapat dijadikan
sebagai landasan dalam membuat suatu kebijakan dan dapat digunakan untuk
meningkatkan produktifitas. Hal itu dikarenakan dengan adanya pengetahuan yang
dikelola dalam organisasi, dapat memungkinkan bahwa seluruh individu di dalam
organisasi mendapat pengetahuan tersebut dengan cara pemberian gagasan dan ide
dalam pertemuan, pemberian solusi terhadap masalah, dan sebagainya. Hal
tersebut berkaitan dengan konsep organisasi pembelajar (learning organization). Organisasi pembelajar merupakan suatu
konsep yang menerapkan bahwa setiap individu dalam organisasi selalu belajar
secara terus menerus untuk meningkatkan seluruh potensi di dalam dirinya
melalui pengetahuan yang didapatkannya. Hal ini diperlukan sebagai tindakan
untuk melindungi organisasi dari berbagai ancaman di luar organisasi melalui
pengembangan-pengembangan dalam pembelajaran. Dengan demikian manajemen
pengetahuan berperan dalam kesuksesannya dalam menciptakan organisasi
pembelajar. Tanpa adanya manajemen pengetahuan yang dikelola dengan baik dan
tepat sasaran, maka pembentukan organisasi pembelajar tidak akan terwujud dan
berjalan dengan optimal.
DAFTAR
PUSTAKA
Honeycutt, Jerry. 2000. Knowledge Management Strategies.
Jakarta: PT Elex Media Komputindo
Jalaluddin. 2013. Filsafat Ilmu Pengetahuan. Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada
Leksana TH. 2004. Learning
Organization. Diunduh pada tanggal 31/03/2015 http://www.sscnco.com/Images/pdf/Learning%20Organization%20-%20Sep%2004.pdf
Sutarto. 2006. Dasar-Dasar Organisasi. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press.
Slamet Suyanto. 2008. Cakrawala Pendidikan, November 2008, Th.
XXVII, No. 3 (Pengembangan Sekolah Bertaraf Internasional melalui Organisasi
Belajar: Konsep dan Implementasi). FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta. Diunduh
pada tanggal 01/04/2015
http://eprints.uny.ac.id/691/1/jurnal_lipi.pdf
Yayat M. Herujito. 2006. Dasar-Dasar Manajemen. Jakarta: PT
Grasindo
Diunduh pada tanggal 01/04/2015 http://tugas-manajemen-operasi-andrewvalendy.blogspot.com/2012/12/penerapan-knowledge-management-tujuan.html
makasih.. ini bisa untuk pemebelajaran saya sangat membantu..
ReplyDeletemyblog
Siapp... 😀
ReplyDeleteWah, terima kasih sangat membantu saya memahami learning organisation
ReplyDeleteTerimakasih artikelnya tentang mengapa organisasi perlu belajar
ReplyDelete