1. “Hutan Amazon” di bawah laut
Jika hutan Amazon merupakan hutan yang
memiliki spesies binatang darat terbanyak, maka perairan Raja Ampat
adalah “Hutan Amazon” di bawah laut. Di sini, penyelam bisa menjumpai Papuan Epaulette hingga hiu karpet Wobbegong Shark,
kuda laut jenis pigmy yang sebesar ruas kelingking hingga ikan besar
dengan bentang sayap mencapai lima meter, serta rombongan ikan Barakuda.
Raja Ampat ibarat perpustakaan hidup dari koleksi terumbu karang dan
biota laut paling beragam di dunia.
Dalam sebuah penelitian bersama yang
dilakukan pada tahun 2001-2002 oleh Conservation International, The
Nature Conservancy, Lembaga Oseanografi Nasional (LON) dan Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia (LIPI) tercatat bahwa di perairan ini terdapat
lebih dari 540 jenis karang keras (75% dari total jenis di dunia), lebih
dari 1.300 jenis ikan, dan 700 jenis hewan lunak. Ini menjadikan 75%
spesies karang dunia berada di Raja Ampat. Tak satupun tempat di dunia
dengan luas area yang sama memiliki jumlah spesies karang sebanyak ini.
Kekayaan hayati bawah laut ini
disebabkan karena Raja Ampat terletak di antara wilayah segitiga karang
dunia (coral triangle). Disebut demikian karena batas wilayah karang di
kawasan itu menyerupai bentuk segitiga. Segitiga karang itu sebenarnya
meliputi Indonesia, Philipina, Malaysia, Timor Leste, Papua New Guinea
dan Kepulauan Salomon, namun Indonesia merupakan yang terbesar yang
meliputi wilayah Raja Ampat, Derawan, Wakatobi dan Komodo.
2. Nama Raja Ampat
Nama Raja Ampat diambil dari cerita
rakyat yang ada di wilayah tersebut. Dalam Bahasa Indonesia, Raja Ampat
berarti “Empat Raja”, yaitu empat orang Raja yang menguasai empat
kerajaan di wilayah tersebut, yaitu Waigeo, Misool, Salawati, and
Batanta.
Dalam cerita rakyat tersebut dituturkan
bahwa pada zaman dahulu kala ada sepasang suami istri yang tidak sengaja
menemukan 6 butir telur naga di tepi sungai Waikeo. Karena lapar,
mereka berniat untuk memasak keenam telur tersebut. Ketika hendak
dimasak, empat dari enam telur tersebut menetas dan keluar 5 bayi
manusia, 4 laki-laki dan satu perempuan. Mereka kemudian diberi nama
War, Betani, Dohar, Muhammad dan yang perempuan diberi nama Pintolee.
Semuanya dipelihara oleh suami istri tersebut.
Pada suatu saat Pintolee kedapatan hamil
di luar nikah. Dia kemudian dihukum dengan dihanyutkan di atas kulit
bia (kerang besar) sampai akhirnya terdampar di Pulau Numfor. Sedangkan
keempat saudaranya yang lain kemudian menjadi raja di empat pulau besar
di kawasan tersebut. War menguasai Pulau Waigeo, Betani di Salawati,
Dohar di Lilinta, dan Mohamad di Waiga. Sedangkan, telur naga yang tidak
menetas konon hingga saat ini masih disimpan dan mendapat penghormatan
khusus dari masyarakat setempat.
3. “Ditemukan” saat mencari kapal yang karam
Kecantikan Raja Ampat mulai mendunia
pada tahun 1990. Saat itu, seorang penyelam berkebangsan Belanda bernama
Max Ammer mengunjungi kawasan ini. Tujuannya awalnya adalah menelusuri
keberadaan pesawat dan kapal yang digunakan dalam Perang Dunia II yang
diperkirakan karam di kawasasan tersebut. Ternyata Max Ammer sangat
terpesona dengan keragaman biota di Raja Ampat, sehingga pada tahun 1998
ia mengajak Gerry Allen, seorang ahli perikanan dari Australia, untuk
mengadakan survei di tempat ini.
Pencarian bangkai kapal dan pesawat itu
sendiri ternyata juga membuahkan hasil. Di dasar laut kepulauan Raja
Ampat ditemukan beberapa peninggalan bekas perang, diantaranya mesin
perang, kapal dan pesawat terbang bekas perang dunia II. Dekat pulau Wai
di kedalaman 27 meter ditemukan rongsokan pesawat P40 bekas milik
sekutu. Total ada sekitar 65 bangkai kapal dan 35 bangkai pesawat
peninggalan PD II yang ditemukan. Jadi, bisa dibilang, kekayaan Raja
Ampat bukan hanya keragaman biotanya saja, namun juga kekayaan
historisnya.
4. Masuk dalam 10 Tempat Penyelaman Paling Populer di Dunia
Bagi seorang penyelam, keberadaan
terumbu karang merupakan daya tarik yang tidak diabaikan. Sedangkan Raja
Ampat merupakan surganya terumbu karang. Ada beberapa kawasan terumbu
karang yang kondisinya masih sangat baik dengan persentase penutupan
karang hidup hingga 90%, yaitu di selat Dampier (selat yang memisahkan
Pulau Waigeo dan Pulau Batanta), Kepulauan Kofiau, Kepulauan Misool
Timur Selatan dan Kepulauan Wayag.
Tipe dari terumbu karang di Raja Ampat
umumnya adalah terumbu karang tepi dengan kontur landai hingga curam.
Tetapi ditemukan juga tipe atol dan tipe gosong atau taka. Bagi yang
tidak bisa menyelampun, terumbu karang juga masih bisa dinikmati, yaitu
di kampung Saondarek. Ketika pasang surut terendah, di sana bisa
disaksikan hamparan terumbu karang yang tetap bisa hidup walaupun berada
di udara terbuka dan terkena sinar matahari langsung.
Selain terumbu karang, bisa juga ditemui
spesies-spesies unik seperti Pigmy Seahorse atau Kuda Laut Mini,
wobbegong dan Manta Ray. Juga ada ikan endemik Raja Ampat, yaitu Eviota
Raja. Di Manta point yang terletak di selat Dampier, Anda bisa menyelam
dengan ditemani beberapa ekor Manta Ray yang jinak. Sedangkan di Cape
Kri atau Chicken Reef, Anda bisa dikelilingi oleh ribuan ikan, seperti
ikan tuna, giant trevallies, snappers dan bahkan kumpulan barakuda. Hiu
karang, ikan duyung dan penyu juga sering terlihat.
Ada beberapa diving spot yang
terkenal di Raja Ampat , seperti Manta Point, Mike’s Point, Sardine Reef
dan Shark Point. Masing-masing point memiliki keistimewaan sendiri.
Misalnya, di Manta point, dengan mudah bisa ditemukan ikan Manta dengan
diameter 9 m hilir mudik di sekitar anda. Di sekitar Kepulauan Kaboei
Bay Rock terdapat sebuah teluk yang di bawahnya merupakan sebuah
terowongan batu karang. Di Kaboei Bay Rock juga terdapat gua-gua karang
yang dihuni oleh kelelawar, dan di beberapa tempat ditemukan sisa-sisa
tulang manusia.
Karena daerahnya yang banyak pulau dan
selat sempit, maka sebagian besar tempat penyelaman pada waktu tertentu
memiliki arus yang kencang. Hal ini memungkinkan juga untuk melakukan
drift dive, menyelam sambil mengikuti arus yang kencang dengan air yang
sangat jernih sambil menerobos kumpulan ikan. Istimewanya lagi, masih
banyak situs terumbu karang yang belum pernah dijamah. Menarik sekali
bukan? Tidak heran jika menurut berbagai sumber, Raja Ampat merupakan
salah satu dari 10 tempat penyelaman paling popular di dunia.
5. Festival Maritim
Seolah ingin mengokohkan posisinya
sebagai “Hutan Amazon” di bawah laut, setiap tahun di kabupaten ini
diselenggarakan Festival Maritim atau Festival Bahari. Festival digelar
di sekitar ibu kota kabupaten di Waisai, sekitar 3 jam menumpang
speedboat dari Kota Sorong. Festival ini mengundang kabupaten lain di
Papua yang memiliki pantai untuk ikut berpartisipasi.
Berbagai agenda dilakukan dalam festival
ini, termasuk beberapa jenis perlombaan yang menarik, diantaranya lomba
foto bawah laut, lomba perahu dayung, orientasi bawah air, olahraga
pantai, dan tidak ketinggalam pula atraksi budaya lokal. Dalam festival
ini masyarakat setempat siap mempertontonkan perahu tradisionalnya yang
terkenal bisa mengarungi lautan.
Meskipun perjalanan menuju Raja Ampat mesti melalui Sorong dulu,
namun tidak mengurangi minat wisatawan yang berkunjung. Padatahun 2007,
jumlah wisatawan yang berkunjung ke sini hanya 1.000 orang. Sedangkan
tahun ini, Saat ini, jumlah wisatawan ke Raja Ampat mencapai 15.000. 73
persennya berasal dari negara asing. Berminat segera berkunjung ke sana?
Comments
Post a Comment